Saturday, October 15, 2011

relationship

ALREADY TAKEN BY BrndnJoshua.

I'm in a relationship with .......... ya you know lah. Speechless, ngga nyangka dan bener-bener-bener ngga nyangka. Kejadiannya singkat banget. Jadi gini, gue pulang gereja biasalah bersama antek-antek gue (dhea, chika, lidya, kevin, joel, angel, & adeknya chika si shella ting ting) kami melakukan kegiatan kita sehari-hari yaitu main kerumah salah satu antek. Rumah yg kena selajutnya adalah dhea dan dengan begonya gue bilang ke joel : 'Ajak aja sekalian si brndn kan rumahnya deket dhea tuh' dan akhirnya si kunyuk satu itupun datang.
Satu jam, dua jam sih masih oke-oke aja. Kita nonton Final Destination 5 dengan agak ogak-ogahan. Yakali ini film yg kita tonton film bajakan mana banyak adekan yang ilanglah, yg ngga kebaca lah dan akhirnya ya pas mau pulang......................gue di jegat oleh antek-antek gila itu. Ketara banget sih selama kita nonton mereka berbisik-bisik ria dan gue pikir....ternyata emang bener.
brndn : "........................................."
gue : "............."
brndn : "........................................................."
gue: "......................"
brndn : ".............................."
akhirnya ya gitu.
hehehe._.

Friday, October 14, 2011

Ber-SE.PE.DA di Desa Cibodas

Halo, hai. Hai, halo. Gue mau cerita nih seputar kegiatan LIVE IN gue di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang masih fresh ini.

Let's check it out.

DAY 1. Gue berangkat dari SMA gue tercinta, SMA Fons Viate 1 Marsudirini dengan bus...gue lupa nama busnya yang pasti busnya itu warna biru(penting enggak sih?) Ya seperti yang kalian tahu gue selalu datang mepet sama waktu yang ditentukan. Seharusnya jam setengah tujuh gue udah ada disekolah tapi apa yang terjadi? gue jam enam baru bangun dan jam setengah 7 kurang baru berangkat dari sekolah. Alhamdulilah yah gue telat tapi untungnya ga diomelin guru sama sekali.

Yang perlu kalian tahu, gue bawa tam-tam buat live in. Sejenis drum tapi buat ngamen. Repot sih repot tapi demi my beloved SE.PE.DA ya gapapalah.
alhasil selama perjalanan ke Desa Cibodas kita di bus ngamen kaya alay.Masih mending kalo lagunya lagu-lagu barat tapi ini lagu dangdut.


Seperti biasa gue duduk sama sahabat gue, Maria Irene Putri Damayanti Sugiharto.


Ngamen di Pom Bensin.







Berhubung gue baru nyampe dan gue sangat ngantuk. Lanjut besok lagi yaa. See you....

Monday, October 10, 2011

TRAGEDI 09.10.11

'already taken by @........ since 09.10.11
'09.10.11, 10.10.11, 11,10,11, or whatever. I'm still wating for you:|
Yakali ini sebagian dari kata-kata pengguna dunia maya ......... or simple call para pengguna twitter. Biasanya tanggal cantik seperti ini sering dihubungkan sama yang namanya j-a-d-i-a-n. Ada loh beberapa dari anak muda baru gede yang bela-belain gantungin pasangannya hanya demi tanggal cantik. (hello, tanggal cantik belum tentu hubungan lo bakal langgeng ya) tapi ada juga loh cewe yang nunggu-nunggu adanya keajaiban pada hari tersebut. Kali aja gitu gebetan nembak atau diajak jalan sama gebetan. Ngga cuma mereka, gue juga pernah mengalami itu.
ceritanya gini..


Seharian itu gue sama sekali enggak berpikiran soal 09.10.11 karena gue sendiri juga sudah menjalani suatu hubungan relationship with salah satu ya you knowlah tapi disisi lain gue juga berharap ada Prince Charming yang dateng dengan kereta kudanya sambil membawa bunga dan coklat serta dia datang bersama prajurit-prajuritnya. Mengetuk pintu rumah gue dan memberikan bunga dan coklat buat gue. Terus Prince Charmingnya ngelamar gue dan membawa gue ke istananya yang megah dan mewah dengan kereta kudanya.........tapi nyatanya sama sekali ngga ada kereta kuda yang dateng. Hanya ada sebuah bbm masuk dari salah satu teman. Seorang teman yang dulunya sempet deket banget sama gue. Tapi itu dulu.



HIM : Pemisi
ME   : Iya... knp permisi?
H      : gapapa, mau nanya hari ini tanggal berapa yaa?
M     : 09.10.11.knp?
H      : Bagus ga?
M     : bagus kok. Mau nembak siapa?
H      : okedeh. Ngga nembak kok tapi menyatakan perasaan.
M     : sama aja kali. ke siapa?
H      : kepo banget sih
M     : makasih yak-_-
H      : yang pasti itu orang mirip banget sama lo. sifat, muka, cara bicara, senyumnya juga
M     : segitu miripnya ya sama gue? *dalam hati senyum-senyum sendiri*
H      : iya mirip banget dan ngga tau kenapa gue ngerasa nyaman banget ada di samping dia
M     : emang siapa sih? *kepo tingkat tinggi*
H      : adek lo.
M     : .............

Friday, September 30, 2011

FLASHBACK

FLASHBACK
SEBUAH PERASAAN - Maria Susanti Dewi

Pintu kayu bercat merah tua itu terbuka dengan pelan. Tampak seorang gadis enam belas tahun duduk di kursi teras rumahnya, menyilangkan kakinya dan bersandar di sandaran kursi. Matanya menusukan tatapannya pada gumpalan-gumpalan tetesan air hujan yang menggantung-gantung di atas langit sore itu. Sebuah sore yang hening di pertengahan bulan Februari yang istimewa. Di teras yang sunyi itu dan hanya terdengar suara percikan air dan orang-orang yang lewat di depan rumahnya serta suara mobil yang melaju cukup kencang di tengah derasnya hujan, ia melepaskan pandangan dan pikirannya secara bersamaan pada satu objek yang sama. Hujan. Rintihan air yang jatuh membasahi halaman rumahnya dan suara air jatuh di kubangan terdengar sangat mengganggu tapi dengan begitu ia dapat merasakan ketenangan dalam dirinya.
        “Gue selalu bahagia saat hujan turun karena saat itu gue bisa mengenang lo untuk gue sendiri….” Gumam gadis berambut keriting yang saat itu hanya mengenakan T-Shirt kuning dengan gambar salah satu tokoh kartun kesukaannya dan celana pendek. Gadis yang bernama Alessa Tania dan lebih akrab di sapa Lessa oleh teman-temannya, menyanyikan sebuah lagu yang ia dengar dari Music Playernya setiap kali ia merasakan suatu kerinduan yang mendalam. “Ini tentang gue, lo dan semua kenangan kita ketika kita masih menjadi seorang murid sekolah menengah pertama, yang selalu mengingatkan gue sama lo. Karena beberapa bulan yang lalu saat kita sedang melakukan perjalanan ke Jogja, lo menyanyikan lagu itu.” Lessa mulai bernyanyi dan mengenang seseorang yang berada jauh darinya.
        Pikirannya mulai masuk kedalam dan lebih dalam lagi, hingga menghantarkannya pada kenangan satu setengah tahun yang lalu. Sebuah kisah seorang murid sekolah menengah pertama yang akan beranjak menjadi seorang murid sekolah menengah atas. Sebuah kisah tentang cinta yang belum sempat terucapkan. Sebuah cinta yang tidak tahu sampai dimana ujungnya dan sampai kapan perasaan itu akan tersimpan atau malah perasaan itu akan menjadi sia-sia.

****


Kelas IX.F SMP Marsudirini, Jakarta hening. Para penghuninya diliputi ketegangan yang membuat siapa pun berkeringat dingin. Persis seperti sedang menonton film horor, eh bukan, tepatnya saat ini mereka sedang berada dan ikut bermain dalam film horor tersebut. Mereka menatap baik-baik sosok berkumis tebal yang menjadi hantunya.
        “Steviani Agustina Dewi, maju!” Hantu bernama Edi Firdaus membuka suara. “Kerjakan latihan 7 nomor 2c.”
        Mampus deh. Nomer 1a aja gue ga ngerti. Ini lagi nomer 2. Kata Vani pelan sambil berjalan ke depan kelas. Soal matematika itu akhirnya jatuh kepadanya. Sesaat ada lega di hati murid-murid lain, namun mereka tetap berdoa agar tidak menjadi ‘korban’ Pak Edi berikutnya. Tapi ada dua siswi yang asik ketawa-ketiwi melihat gurunya. Hebatnya, mereka tidak takut maju ke depan, karena di atas meja mereka sudah terdapat buku latihan milik Kristianto. Anak paling pintar di kelas.
        Pak Edi yang sejak tadi tidak ngeh, mulai mengendus keganjilan itu.
        Pak Edi gemas melihat tingkah kedua anak tersebut. Ia kemudian berjalan perlahan hingga akhirnya ia sampai tepat di belakang mereka.
        “Alessa, maju! Kerjakan nomer selanjutnya!”
        Aku yang sejak tadi ketawa-ketiwi dengan Numiko akhirnya bungkam sejenak. Aku menengok sambil tersenyum pasrah di depan guruku.
        “Saya pak?”
        “Bukan, mbahmu! Ya.. kamulah!”
        “OK, pak!”
KRIIIIIING! Bel sekolah berbunyi.
        “Eh, pak! Udah bel, Pak. Gimana dong?”
        “Sekarang kamu terbebas. Lain kali kalo kamu saya lihat ngobrol terus. Kamu nanti yang akan mengerjakan semua latian di papan tulis tanpa meminjam bukunya Kristianto, mengerti?”
        Nah loh. Tau dari mana dia. Bisikku dalam hati. “Iya, Pak! Makasih, Pak.”

Semua anak berlarian keluar. Bunyi bel pulang sekolah adalah sesuatu hal yang paling ditunggu anak-anak SMP, pada saat itu mereka bisa terbebas dari belunggu rumus-rumus dan hapalan-hapalan di kelas.

        “LESSA!!!!!!!!!” teriak seorang gadis dengan rambut panjang.
        “Bawel…!” jawabku dengan jutek.
        “Hari ini kita mau kemana? Rumah gue? Rumah Olga? Apa rumah lo? Sambil belajar ya sa. Belajar matematika deh, lo kan jago. Lagian bentar lagi mau Try Out ke 2, yayaya?
        “Terserah deh, Lus. Pokoknya hari ini gue mau cerita! Penting banget.” Komentarku dengan suara riang dan senyuman lebar. Sepertinya tadi ada sesuatu di kelas yang membuat Lessa hari ini sangat girang. Pikir Lusi dalam hati.

****

        Disepanjang perjalanan Aku menceritakan kejadian tadi di kelas yang membuatku menjadi salah tingkah. Aku menceritakan tentang seorang anak laki-laki, teman sekelasku. Sosok cowok yang ceria, pintar dan bisa di bilang cukup tampan. Cowok itu mempunyai satu kelebihan. Bisa dibilang kelebihan itu yang membuat ia menonjol dari anak-anak yang lain. Ia memiliki suara yang indah, lembut dan suaranya itu bisa membuat seseorang yang mendengarkan suaranya saat ia bernyanyi menjadi tenang. Namanya adalah Renner Alexandro . Nama yang cukup bagus dan dipanggil Renner oleh teman-temannya.
        “Lo tau ga sih, Lus. Tadi itu katanya Kristianto, si Renner tuh bolak-balik di depan meja gue mulu. Katanya caper gitu deh!” celotehku dengan penuh semangat.
        Aku bener-benar semangat menceritakan tentang salah satu teman laki-lakiku itu. Aku sendiri juga bingung, apakah aku menyukainya atau hanya mengagumi.
        “Hayo! Ceritanya nggak usah pake salting juga kali” goda Lusi tiba-tiba. Aku kaget.
        “Yee... Siapa juga yang salting!”
        Lusi tertawa karena berhasil membuatku kikuk. Tapi sayang dia tidak menyadari bahwa sekilas raut mukaku terlihat memerah.


****
        “Sa, kalo lo memang beneran suka sama dia sebaiknya lo bilang aja sejujurnya sebelum nantinya semuanya terlambat. Masih ada beberapa bulan lagi sebelum kita perpisahan” sahut orang yang ada di ujung telepon.
        “Apaan sih lus. Gue nggak suka sama dia. Kita cuma sahabatan dan akan selamanya jadi sahabat.” Jawabku dengan perasaan kikuk.
        “Nggak usah membohongi perasaan sendiri deh. Gue udah lama kali kenal lo dan gue tau sebenernya lo suka kan sama dia lebih dari seorang sahabat?”
        “ENGGAK!!!! Udah ya gue mau tidur. Besok ada latian buat perpisahan sekolah. Daah.” Pembicaraan pun diakhiri.
        Gue cuma sahabatnya. Gue cuma sahabatnya. Gue.......tapi gue sayang sama dia.

****


Beberapa bulan kemudian.....
        Aku menguap lebar dikamarku. Rumus-rumus fisika bertebaran dipikiranku. Baru jam sembilan malam tetapi melihat buku pelajaran didepanku benar-benar membuatku mengantuk. Bagaimana mungkin aku menghafal semuanya? batinku putus asa. Besok adalah Ujian Nasional dan aku belum benar-benar bisa menghafal semua rumus yang ada di catatanku dengan baik. Bagaimana aku dapat mengerjakannya nanti? Bagaimana jika aku nanti tidak konsentrasi dalam mengerjakannya? Semua ketakutan itu kini membuatku menjadi panik.
        Aku melihat ke cermin di sebelahku. Mataku sudah merah, wajahku kusut, dan rambutku terlihat sangat berantakan. Sepertinya besok aku tidak akan bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan baik. Aku mendesah lagi. Aku sudah minum dua gelas kopi tapi mataku tetap saja tidak bisa melek. Untuk sementara kupejamkan mataku sebentar. Aku perlu istirahat, kataku.
        “Alessa!” teriak mama dari lantai bawah. “Mau indomie, nggak?”
        Aku keluar dan mengambil piring yang berisi Mie Rebus. Makan dimalam hari memang jarang aku lakukan, namun dikesempatan ini sepertinya ada pengecualian.
        Kemudian aku memakan sepiring Mie Rebus di depan televisi. Perasaanku jauh lebih enak daripada tadi ketika aku sedang belajar.
        Sekarang sudah jam dua belas malam, lampu kamar sudah aku matikan, buku-buku dan baju untuk besok sudah disiapkan. Yup! Aku memang sudah siap untuk bobok. Sambil tiduran kayak begini, jadi kepikiran sama seseorang yang membuatku jadi semangat ke sekolah. Yup! Dia adalah Renner. Dia itu sahabat yang baik. Sangat baik. Sudah beberapa bulan ini aku menghabiskan waktu bersama. Walaupun hanya bersahabat tapi aku sadar bahwa perasaanku saat ini melebihi seorang sahabat. Tapi aku sadar. Semuanya akan mustahil. 3 bulan lagi aku sudah menjadi murid sekolah menengah atas. Dan aku pikir semua ini sudah terlambat dan akan sia-sia saja.

****


        “Mana yang lain? Cuma segini?” teriakku saat aku mulai masuk ke ruang musik dan kulihat keadaan didalam.
        Hari ini adalah hari terahir latian Paduan Suara untuk mengisi Perpisaan Sekolah. Tapi anak-anak yang datang latian tidak pernah lebih dari setengah murid kelasku. Kalaupun lebih sebagian dari mereka tidak ada yang bisa konsentrasi dalam bernyanyi.
        “Telfonin aja sa satu-satu” Teriak Kristianto yang saat itu sedang bermain drum.
        Akupun mengiyakan usulan dari salah satu temanku. Kemudian aku keluar dan menelfon teman-temanku yang belum hadir.
        "Halo. Renner? Buruan kesini. Udah di jalan? Oh yaudah.”
        “Halo. Sarah? Udah dimana? Yaudah ke atas aja. Udah di tunggu di ruang musik”

****


        SEKARANG JAM TIGA TEPAT. SAATNYA UNTUK BANGUN! KRIIIIIING! Iih berisik banget, sih! Aku berusaha bangun untuk mematikan alarm. Sudah sore ternyata dan acara perpisahan akan berlangsung sekitar 4 jam lagi.
        Duuuh, padahal masih ngantuk, gerutuku dalam hati.
        “Ma, aku berangkat duluan ya. Nanti mama sama papa nyusul aja ke sekolah. Jam 7 ya, ma !” kataku sambil berjalan keluar.
        ”Ya udah. Hati-hati ya, sa.”
        “Sip. Daaah, Ma” ujarku sambil mengecup pipinya sekali lalu pergi.

        Malam ini adalah malam yang paling di tunggu-tunggu selama di SMP. Disekelilingku sudah ramai dipenuhi para murid untuk merayakan kelulusan kami.
      Aku teringat ketika pertama kali masuk SMP dan pertama kali aku mulai merasakan jatuh cinta. Tidak ada yang istimewa dalam proses jatuh cintaku. Kami hanyalah dua orang yang berteman baik dan lama-kelamaan aku mulai menyukainya.
        Selama ini kupendam perasaanku. Karena aku takut bila ada yang mengetahui perasaan itu selain sahabat-sahabatku, ia akan berbalik membenciku dan malah menghancurkan hubungan kami. Selama ini aku cukup puas dengan predikat “teman baik”. Tapi, hari ini aku akan mengatakan perasaanku padanya. Tak peduli apapun jawabannya dan bagaimanapun hasilnya. Yang aku tahu, jika aku tidak mengatakannya hari ini, aku akan menyesal seumur hidupku.
       
        Acara perpisahan selesai dengan ucapan selamat dari Suster kepala sekolah. Para murid yang sekarang sudah berstatus sebagai alumni, kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mereka saling berangkulan, berfoto untuk kenang-kenangan dan saling berjabat tangan untuk meminta maaf. Acara ini memang penuh dengan tangisan. Tapi yang terpancara dari mata kami adalah pancaran kebahagian dan haru.
        Aku melangkah keluar dan bertemu dengan Renner. Ia memberiku jabatan tangan dan terpancar senyuman dari bibirnya. Kukumpulkan keberanianku untuk mengatakannnya. Namun aku hanya tertunduk, tak punya keberanian untuk mengatakannya. Setelah beberapa saat saling terdiam, akhirnya Renner mengeluarkan suara.
        “Makasih, sa. Kamu udah mau menjadi teman baikku. Aku bersyukur untuk kesempatan terakhir kita ini.” Eben tersenyum. Senyum paling manis yang pernah kulihat dari bibirnya.
        Aku hanya mengangguk dan membalas senyumannya.
        “Ben, udah waktunya nih!” panggil salah satu teman laki-laki Eben.
        “Ben! Tunggu!” panggilku menahan.
        “Ben, udah waktunya.... Kita harus sama-sama pergi. Selamat tinggal, semoga kamu bahagia.”
        “Selamat tinggal,sa. Baik-baik, ya.”
        Itulah salam terakhir dari Eben sebelum ia dan teman-temannya menghilang. Kuperhatikan pemandangan disekelilingku. Suasana ruih yang penuh dengan canda tawa serta tangis bahagia tadi lenyap. Yang tersisa hanya puing-puing bayangan dengan bekas kehitaman.
        Kuarahkan langkahku untuk keluar dari puing-puing itu. Kupandang lekat-lekat sekolahku untuk terakhir kali. Lalu, aku membalikan badan dan berjalan pergi. Sambil terus berjalan, masih terngiang-ngiang suara canda tawa teman-temanku yang sedang merayakan kelulusan.



Crazy Little Think Called Friendship

Sahabat. Satu kata, namun memiliki banyak arti. Satu kisah tapi memiliki banyak makna. Gue akui, sahabat gue itu orang yang paling sangat amat banget banget ngeselin. Terlalu egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Itu sifat jeleknya tapi dibalik semua itu mereka punya arti penting dalam hidup gue.
Tanpa kalian sadari, jika seorang sahabat yang benar-benar mengerti kalian. jika suatu saat dia melakukan kesalahan. Kita akan sulit untuk memaafkannya. Tetapi cobalah kalian sedikit untuk berpikir ada berapa nilai tambah mereka.
Gue punya sahabat, we're called A.L.M.O yang artinya Ajeng, Lusi, Mery dan Olga. Kemarin, ya sekitar tanggal 10 september mereka kerumah gue loh. We're playing together like childhood.
Check it out....

ini dia.........Gue, Lusi, Olga but without Ajeng.




Enggak nyangka banget setelah beberapa bulan *eh mungkin tepatnya kita ngga pernah ketemu setahun. Akhirnya kita bertemu lagi.